Mengenal Kesenian Budaya Sunda di Indonesia

Mengenal Kesenian Budaya Sunda di Indonesia – Budaya Sunda adalah budaya yang memang berkembang keluaran macau dan menetap di dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal sebagai budaya yang menjunjung tinggi sopan dan santun. Lazimnya, karakteristik dan kepribadian masyarakat Sunda dikenal sebagai masyarakat yang ramah-tamah, murah senyum, lemah dan lembut, periang, serta sangat hormat kepada orang tua. Suku sunda memiliki slogan sekaligus menjadi filosofi hidup masyarakatnya, yaitu ‘Soméah Hade ka Sémah’ berarti ramah, bersikap baik, menjaga, melayani dan menjamu, serta menyenangkan semua orang. Hal itu yang menjadikan bentuk pengaplikasian masyarakatnya pada setiap perilaku dan tindakan interaksi atau komunikasi, baik di lingkungan setempat maupun luar. Ciri khas masyarakat Sunda dalam melakukan interaksi dan komunikasi antarsesama sering kali menggunakan bahasa punten dan mangga. Istilah punten sendiri memiliki arti kerendahan hati, sementara istilah mangga merujuk pada bentuk mempersilakan, penawaran, ajakan, serta permohonan.

Kesenian Budaya Sunda

Masyarakat Sunda tak hanya mempunyai etos dan nilai budaya tersendiri, akan tetapi mereka pun memiliki kesenian budaya Sunda yang bisa dibilang cukup dikenal oleh masyarakat di luar Jawa Barat. Adapun kesenian budaya Sunda yang dimaksud, di antaranya kesenian sisingaan, tarian khas tradisional Sunda, wayang golek, alat musik dan musik tradisional Sunda yang lazimnya diselenggarakan di pertunjukan kesenian.

Tarian Tradisional Khas Sunda

Sebenarnya, Sunda memang dikenal memiliki spaceman ragam seni tari yang sudah berkembang dari zaman dahulu, bahkan di antaranya ada yang sudah tersohor di Nusantara, salah satunya Tari Jaipong. Tari Jaipong adalah tarian tradisional Sunda dengan karakteristik tariannya, yakni semangat, ceria, humoris, erotis, spontan, tetapi tetap sederhana. Tari Jaipong ini diprakarsai oleh Gugum Gumbira dan H. Suanda pada 1976, tepatnya di Karawang. Kesenian tari khas Sunda ini terinspirasi dari berbagai kesenian yang ada, seperti topeng banjet, pencak silat, wayang golek, dan lainnya.

Zaman dahulu, instrumen yang digunakan masih sederhana, seperti gong, gendang, krecek, ketuk, dan rebab. Kemudian, tari Jaipong meluas di daerah Jawa Barat dan mendapatkan sambutan hangat dan positif dari masyarakatnya. Hingga akhirnya, tari Jaipong menjadi tari tradisional khas Jawa Barat yang sering digunakan ketika acara resmi, misalnya, sebagai bentuk sambutan untuk tamu dari luar daerah, bahkan luar negeri. Untuk properti yang digunakan pada tiap penampilan tari Jaipong, di antaranya sinjang atau celana panjang, apok atau baju atasan yang dikenakan penari (kebaya), dan selendang atau sampur yang umumnya diletakkan di leher penari Jaipong.

Pakaian Adat Sunda: Kebaya

Pakaian tradisional khas Sunda salah satunya, yakni kebaya khas Sunda. Memang, baju kebaya juga dikenakan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi pastinya ada perbedaan antara kebaya sudan dan kebaya daerah lainnya. Pakaian tradisional Sunda mempunyai bagian-bagian tersendiri, baik untuk laki-laki maupun perempuannya. Untuk laki-laki, di antaranya terdiri dari baju jas dengan kerah, kain batik atau dodot, celana panjang, kalung, bendo atau penutup kepala, keris, selop sebagai alas kaki, dan jam rantai untuk penghias di jas. Kemudian, untuk perempuan terdiri dari baju kebaya, kain kebat dilepe, selendang karembong, ikat pinggang (beubur), kalung, kembang goyang digunakan sebagai penghias sanggul, dan selop.

Alat Musik Tradisional Khas Sunda: Angklung dan Suling

Angklung adalah salah satu alat musik tradisional khas Jawa Barat, terbuat dari bilahan bambu dan dimainkan dengan cara digoyang. Angklung mempunyai rtp slot hari ini berbagai jenis, di antaranya angklung reog, angklung banyuwangi, angklung bali, angklung kanekes, dan lainnya.

Angklung tak hanya dikenal oleh masyarakat Jawa Barat, melainkan telah tersebar ke seluruh pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, bahkan ke mancanegara. Luar biasanya, angklung telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO atau The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. 

Selain angklung, ada pula alat musik tradisional Jawa Barat yang terkenal, yaitu Suling. Suling adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang terbuat dari bambu Tamiang. Bambu Tamiang merupakan jenis bambu yang tipis karena diameternya juga kecil sehingga tepat untuk dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan suling.

Wayang Golek

Wayang golek, yakni semacam boneka kayu yang dimainkannya oleh seorang dalang bak wayang kulit. Untuk cerita yang dimainkan juga berasal dari cerita rakyat, seperti cerita penyebaran agama Islam oleh Rara Santang dan Walangsungsang, atau bisa pula cerita Ramayana dan Mahabarata. Dalang dalam wayang golek bercerita dengan bahasa Sunda dan diiringi suara gamelan Sunda.

Kesenian budaya Sunda yang satu ini, dikenalkan pertama kalinya oleh Sunan Kudus, tepatnya di daerah Kudus yang diketahui atau dikenal dengan Wayang Menak. Kemudian, dipertunjukkan di Cirebon dan dikenal dengan nama Wayang Cepak.

Wayang golek memang sudah sangat dikenal oleh masyarakat di Jawa Barat, persebarannya pun mulai dari daerah Cirebon sampai Banten. Hebatnya, Wayang golek telah dikenal hingga ke mancanegara. Dalam budaya Sunda sendiri, wayang golek disebut sebagai Si Cepot.

Kesenian Sisingaan

Kesenian atau tradisi Sisingaan berakar dari usaha masyarakat di Kabupaten Subang dalam membebaskan tekanan terhadap situasi politik di masa penjajahan, tepatnya di tahun 1812 saat wilayah perkebunan Subang dikuasai dan diduduki secara bergantian antara Belanda dan Inggris. Pada masa itu, bentuk patung singa dalam tradisi Sisingan belumlah sempurna seperti saat ini. Hal itu karena konstruksi kayu yang digunakan masih ringan dari pohon randu dan rangkaian rambut yang terbuat dari daun kaso atau bunga. Kemudian, kerangkanya pun masih ala kadarnya dengan struktur anyaman bambu yang dibalut karung goni.

Sisingaan ini memperlihatkan dua hingga empat boneka singa. Untuk permainannya sendiri pun, Sisingaan dimainkan oleh empat orang sebagai pemandu singa, yakni dua orang anak yang menunggangi singa dan beberapa pemuda bertugas untuk mengiringi jalannya rangkaian kegiatan kesenian Sisingaan, tentunya dengan diiringi alat musik tradisional Sunda. Pertunjukan Sisingaan ini mengitari kampung setempat ataupun jalanan kota.

Etos Budaya Sunda

Etos dan watak budaya Sunda telah diterapkan sejak zaman Salakanagara. Dalam bahasa Sunda sendiri, Salakanagara adalah Kerajaan Perak, kerajaan Sunda tertua di Nusantara. Melalui etos dan watak yang telah berlangsung lama itu, masyarakat Sunda menjadi sejahtera dan makmur selama kurang lebih seribu tahun lamanya.

Singer

Singer berarti wawas diri, teliti atau cermat dalam bekerja, memprioritaskan orang lain terlebih dahulu sebelum diri sendiri, menghormati pendapat atau gagasan orang lain, penuh dengan rasa kasih sayang, tidak tersinggung dan marah apabila dikritik, akan tetapi menerima dengan lapang dada. Masyarakat Sunda pun menerapkan etos dan watak mawas diri yang mana hal itu diperlukan agar tiap masyarakatnya sadar sehingga tak melakukan sesuatu yang melebihi batas.

Pinter

Pinter berarti pintar, pandai, atau cerdas. Hal ini berarti mengerti dalam hal ilmu agama hingga ke akar-akarnya, dapat beradaptasi antarsesama, mampu menyelesaikan permasalahan dengan cakap dan bijaksana, serta tak meletakkan kecurigaan pada orang lain. Adapun etos dan watak pandai diperlukan pada tiap pribadi masyarakat Sunda yang mana mereka harus menuntut ilmu dan pengetahuan agar bertambahnya wawasan serta kepandaiannya. Dari ilmu dan pengetahuan itulah dapat diaplikasikan guna membangun masyarakat serta kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

Bageur

Bageur berarti baik yang mana baik antarsesama, andil dalam memberikan bantuan, seperti bantuan dalam moral baik, pikiran, dan materi, tidak pelit pada sesama, tidak tinggi emosional, penolong, ikhlas dalam melaksanakan serta mengamalkannya (tidak hanya diucapan saja).

Bener

Bener berarti benar atau tidak berbohong yang mana dalam hal ini tidak sembarangan dalam melakukan pekerjaan, suatu amanat, lurus dan baik dalam menjalankan agama, melatih dan memimpin dengan baik, serta tak merusak lingkungan alam.

Cageur

Cageur berarti sehat yang mana dalam hal ini ialah sehat, baik secara jasmani maupun rohani, sehat moralnya, sehat pikirannya, sehat dan memiliki pendirian, sehat dalam bertutur, berbahasa, serta bekerja. Dalam menjaga kesehatan pun, tak hanya diterapkan bagi masyarakat Sunda, melainkan diterapkan pula bagi masyarakat di daerah atau kawasan lain yang ada di Indonesia.